Putri Ena
Di sebuah negeri yang sangat damai tinggallah seorang putri. Putri ini bernama Putri Ena, dia memiliki paras yang cantik, hati yang lembut dan otak yang cerdas.
Suatu pagi yang cerah, terlihat si Putri begitu gelisahnya, entah apa yang ada dalam pikirannya. Ia berjalan kesana kemari tak tentu arah, mengaduk-aduk kotak surat yang jelas-jelas tak ada isinya, berjalan kembali ke kamar, berhenti sejenak, lalu kembali ke kotak surat dan mengaduk-aduk kotak yang lagi-lagi tak ada isinya.
"Wahai Putri, apakah yang sedang kau cari di kotak surat, adakah barangmu yang hilang?" tanya Dayang Rissa. Putri pun menjawab, "Bukan, bukan, bukan apa-apa dayang". "Tapi Putri, kau kelihatan begitu gelisah, wajahmu tak secerah biasanya, adakah yang bisa dayang bantu?", kata Dayang Rissa. "Dayang, apakah aku begitu terlihat jeleknya, terlihat begitu gelisahnya diriku?", tanya Putri Ena. Dayang menjawab, "Maaf Tuan Putri, namun memang apa yang dayang lihat seperti itu, maaf". "Ooh, apakah hatiku sudah benar-benar dicurinya?", Putri Ena bertanya kembali. "Maaf Putri, dayang tak tahu maksud Putri, hati, dicuri, siapa yang mencuri Putri?", Dayang menjawab sambil kebingungan. "Dayang, salahkah apa yang aku rasakan?" Putri bertanya sambil menerawang ke angkasa. Masih dengan muka bingung, Dayang Rissa menjawab, "Rasa apa Putri Ena, kalau boleh menebak apakah Putri sedang kasmaran, eh, maaf Putri kalau saya ngawur". "Saya tak tahu apa ini, entah, begitu bodohnya diriku sampai tak mengerti apa ini, ah, entahlah", Putri menjawab sambil lalu.
Sesampainya di kamar, Sang Putri Ena nan ayu ini akhirnya menulis semua hal yang membuatnya resah gelisah tiada arah. Sambil mendengarkan lagu yang pas dengan suasana hatinya, ia pun menulis.
Suatu pagi yang cerah, terlihat si Putri begitu gelisahnya, entah apa yang ada dalam pikirannya. Ia berjalan kesana kemari tak tentu arah, mengaduk-aduk kotak surat yang jelas-jelas tak ada isinya, berjalan kembali ke kamar, berhenti sejenak, lalu kembali ke kotak surat dan mengaduk-aduk kotak yang lagi-lagi tak ada isinya.
"Wahai Putri, apakah yang sedang kau cari di kotak surat, adakah barangmu yang hilang?" tanya Dayang Rissa. Putri pun menjawab, "Bukan, bukan, bukan apa-apa dayang". "Tapi Putri, kau kelihatan begitu gelisah, wajahmu tak secerah biasanya, adakah yang bisa dayang bantu?", kata Dayang Rissa. "Dayang, apakah aku begitu terlihat jeleknya, terlihat begitu gelisahnya diriku?", tanya Putri Ena. Dayang menjawab, "Maaf Tuan Putri, namun memang apa yang dayang lihat seperti itu, maaf". "Ooh, apakah hatiku sudah benar-benar dicurinya?", Putri Ena bertanya kembali. "Maaf Putri, dayang tak tahu maksud Putri, hati, dicuri, siapa yang mencuri Putri?", Dayang menjawab sambil kebingungan. "Dayang, salahkah apa yang aku rasakan?" Putri bertanya sambil menerawang ke angkasa. Masih dengan muka bingung, Dayang Rissa menjawab, "Rasa apa Putri Ena, kalau boleh menebak apakah Putri sedang kasmaran, eh, maaf Putri kalau saya ngawur". "Saya tak tahu apa ini, entah, begitu bodohnya diriku sampai tak mengerti apa ini, ah, entahlah", Putri menjawab sambil lalu.
Sesampainya di kamar, Sang Putri Ena nan ayu ini akhirnya menulis semua hal yang membuatnya resah gelisah tiada arah. Sambil mendengarkan lagu yang pas dengan suasana hatinya, ia pun menulis.
halo buku cokelatku..
apa kabarmu hari ini, apakah seabu-abu hati tuanmu?
hahaha, tentu tidak, kau pasti bahagia karena bisa selalu bertemu denganku yang tak pernah lupa menulis di tubuhmu.
kau tahu hei cokelat, hari ini kata-kata Dayang Rissa begitu meninjuku, sampai mukaku lebam membiru. Apakah aku segelisah itu, apakah aku seresah itu?
apaa? ternyata kau juga punya pikiran yang sama dengan Dayang Rissa.
How pity I'am :((
Cokelat, kau tahu kenapa aku begini, ini yang tak pernah aku tuliskan ditubuhmu, aku terlalu takut untuk menuliskannya, aku, aku takut bila apa yang telah aku tuliskan tak seperti apa yang terjadi. Tapi, kini aku tak takut lagi, aku ingin berbagi denganmu, biar lain waktu bila akhirnya entah senang atau sedih kaupun juga merasakannya. :')
Perasaan itu aku yakin tidak salah cokelat, tak pernah ada yang salah aku yakin, bila pada akhirnya ia menuju hal yang salah, berarti dia ingin mengajarkan sesuatu kepadaku, dan tentu saja membuatku lebih dewasa dari sebelumnya. Kau setuju dengan pendapatku kan cokelat?
Cokelat, kau tahu, rasa itu ada disini sejak 1 tahun, ah, 1,5 tahun, ah entahlah sejak kapan rasa itu ada dalam hati. Dia merasuk kedalam tanpa permisi, begitu tidak sopannya dia ya? Tapi, entah mengapa aku tetap mempersilahkannya masuk, padahal biasanya aku begitu tak menyukai tindakan yang tak sopan.
hahaha.. mungkin ia semacam anomali ya cokelat..
Apakah kau juga mengenal rasa ini cokelat, ataukah hanya orang tepilih seperti aku yang merasakannya. Hohohoho, besar kepala sekali Ena ini :P
Kau pasti penasaran rasa apa yang aku rasakan. Sampai sekarang aku pun masih tebak-tebak berhadiah. Masih asal tebak dengan dengan rasa ini, tapi kalau menurutku rasa itu adalaaah..
"Putri Enaaa, ayo makan siang dulu, dayang lihat Putri belum menyentuh makanan hari ini, ayo segeralah makan, dayang tak mau melihat Putri sakit lagi" terdengar teriakan Dayang Rissa dari ruang makan. "Iyaa Dayang, Ena sebentar lagi makaan, tenang saja", jawab Putri Ena masih dalam kamar. Sesi tulis menulis terinterupsi oleh teriakan dayang Rissa dari ruang makan, Putri Ena kembali menulis sebelum beranjak untuk makan.
aah, maaf Cokelat, lagi-lagi aku kelewat jam makan, sarapan sudah terlewatkan, dan Dayang Rissa tak mau aku juga melewatkan makan siang. Sampai jumpa lagi cokelat, aku berjanji akan kembali menulis ditubuhmu, bercerita tentang rasa itu, see you~ :)
-to be continued :D
Komentar